Jahuwoti Sikurma
Coba menafsir di kala kesendirian yang sedang asyik menganyam bilah-bilah sepi
malam yang serasanya panjang menabur manik-manik rindu yang jatuh bertebaran
lalu kukutip tiap butirnya dan kugantungkan pada dada resah yang sugul sedang malam berengsot malas dan mengundang gelap serawan hati pun akulah yang masih bersandar pada dada resah…tanpa suara membatu dalam sepi yang semakin menggembangkan sayap penantiannya : dan di ujung penantian itu adalah aku. Aku yang sering melontarkan bahasa-bahasa senyap ke rimba sebuah pengertian menerjah mata angin yang mencantas pohon harap hingga ke perdu semangat seakannya ingin membungkas semua rasa tika harapan masih bertatih langkah dan dalam anyaman sepi yang masih menyusur jaluran ke bucunya aku mencari petak agar terhindar dari goresan bilah-bilahnya yang melukakan untuk aku terus bermukim dalam larutnya penantian seorang aku …dan malam pun merampas cahaya siang.